Wednesday, December 28, 2016

Cerita Kebangkitan Chelsea Sejak Dibantai Arsenal

Bola Malut     Wednesday, December 28, 2016    


LONDON-Chelsea menutup laga Boxing Day secara manis saat membenamkan perlawanan AFC Bournemouth 3-0 di stadion Stamford Bridge, Senin (26/12) malam. Kemenangan ini membuat Chelsea memecahkan rekor 12 kemenangan beruntun musim ini. Rekor sebelumnya terjadi pada 2009 lalu dengan 11 kali kemenangan beruntun. 
Hasil tiga angka juga semakin mengokohkan posisi Chelsea di puncak klasemen Liga Primer Inggris sampai pekan ke-18. The Blues Chelsea sudah mengantongi 46 angka, beda tujuh angka dari peringkat dua, Manchester City. Pascalaga Conte merendah. 
Dia menilai laga berjalan sulit untuk timnya. Conte lebih memberikan penghargaan pada seluruh pemainnya yang terus tampil konsisten sampai pekan ke-18 ini. “Mereka menunjukan pada saya fokus yang hebat, konsentrasi, sikap dan kebiasaan luar biasa,” tutur Conte usai laga lawan Bournemouth dikutip dari laman resmi Chelsea, Selasa (27/12).
Hingga hampir paruh musim, Chelsea baru menelan dua kali kekalahan dan sekali hasil imbang. Mereka hanya kalah dari Liverpool pada pekan kelima dan kembali kalah dari Arsenal sepekan selanjutnya. Laga awal musim menjadi semacam laboratorium bagi Conte dalam meracik strategi dan susunan pemain.
Kalau masih ingat pada awal-awal Conte menangani Chelsea, dia mengubah pakem formasi yang menjadi melekat padanya saat menangani Juventus dan Italia, yaitu formasi dengan tiga bek. Awal-awal laga, Conte menerapkan formasi dengan empat bek, lima pemain tengah dan satu penyerang. West Ham, Watford, dan Burnley menjadi korban formasi yang diterapkan Conte ini.
Pada pekan keempat, formasi 4-5-1 terbaca oleh tim-tim lawan di Liga Primer. Swansea City berhasil menahan imbang Chelsea yang menerapkan pola ini. Pascalaga melawan Swansea kala itu, Conte berujar, dirinya tidak memermasalahkan akan menggunakan formasi tiga bek atau empat bek. Yang penting, kata dia, hasilnya memberikan kemenangan. 
Pekan selanjutnya, menjamu Liverpool, Conte masih menerapkan formasi yang hampir sama, dengan empat bek. Bedanya, pola formasi diubah menjadi 4-2-3-1. Hasilnya, mereka dipermalukan the Reds Liverpool di Stamford Bridge. Sepekan kemudian, Conte mengambalikan formasi pada pola yang sama sebelum melawan Liverpool. Namun, lagi-lagi hasilnya negatif. Mereka justru dibantai Arsenal dengan skor telak 0-3 di stadion Emirates.
Kekalahan dari Arsenal ini seakan menjadi titik balik bagi Conte untuk tetap menerapkan strategi yang selama ini sudah melekat dengannya. Melawan Hull City, Chelsea bermain dengan tiga bek, empat gelandang dan tiga penyerang. Hasilnya sangat positif, mereka menang atas Hull City dengan skor 2-0.
Laga-laga berikutnya, skema ini terbukti mumpuni untuk membuat permainan Chelsea lebih stabil dalam bertahan maupun menyerang. Sejak kemenangan melawan Hull City, Chelsea tak pernah melewatkan kemenangan dalam 12 laga yang dilakoninya.
Skema permainan yang diterapkan Conte ini juga memukau tanpa beberapa pilar yang harus absen. Tiga bek di belakang tidak membuat pusing Conte dengan cederanya kapten tim John Terry. Formasi empat gelandang juga memberikan pilihan lebih pada pemain tengah. Absennya N’Golo Kante melawan Bournemouth membuktikan lini tengah the Blues tetap solid menempatkan Cesc Fabregas. 
Di lini depan, kehilangan Diego Costa tidak membuat Conte frustrasi. Conte justru melihat peluang pada Eden Hazard yang ditempatkan sebagai pengganti Costa. Posisinya semula digantikan Pedro Rodriguez. Hasilnya juga sudah dapat membuktikan stabilnya Chelsea saat ini. “Banyak orang menunggu kami, tanpa dua pemain penting kehilangan angka, tapi itu tidak terjadi,” tegas Conte. (rol)

Sepak Bola

Pariwisata

Top Bola

Edukasi

Gaya Hidup

Kesehatan

© 2017 Bola Malut | Jalan Durian 2 Jati Perumnas Ternate Maluku Utara | Email : bolamalut@gmail.com