Friday, November 4, 2016

Anwar Panda, Legenda Sepakbola yang Terlupakan

Bola Malut     Friday, November 04, 2016    

DUA dekade lalu, nama Anwar Panda bak pahlawan dalam dunia persepakbolaan di Kota Ternate, Maluku Utara. Mantan defender Persiter Ternate ini pernah berlaga di beberapa klub papan atas Indonesia. Sayang, begitu karirnya berakhir, Anwar terpaksa menjadi supir mobil rental untuk menghidupi keluarganya.

“Jaga! Jaga! Lihat sana! Fokus!” Kalimat itu kerap terdengar dari mulut seorang Anwar Panda kala masih berlaga di lapangan hijau. Di masa jayanya, pria yang kini berusia 43 tahun ini amat loyal menjaga mengawal pertahanan klub yang dibelanya. Bersama rekan sejawatnya, Hengki Oba, yang berposisi sebagai penjaga gawang, duo ini berhasil melekatkan label superior untuk pertahanan Persiter. Selama berseragam kuning-hijau, Panda mampu membawa tim berjuluk Laskar Kie Raha ini ke kompetisi sepakbola tertinggi tanah air, Divisi Utama.

Sayang, gonjang-ganjing kepengurusan serta perbedaan paham antara Panda dengan pengurus Persiter membuat ia dan beberapa rekan setimnya memilih keluar dari klub tersebut. Beruntung, ia akhirnya dikontrak Persma Manado untuk tujuh musim pertandingan. “Selain Persma, saya juga pernah merumput bersama Persita Tangerang bersama Firman Utina, Persepar Palangkaraya (kini Kalteng Putra FC, red), dan Barito Putra Banjarmasin,” tutur pria beranak dua ini pekan lalu.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan bagi Panda selama menjadi pesepakbola adalah ketika menjalani laga persahabatan dengan PSV Eindhoven. Kala itu, bintang Brazil yang membela Eindhoven, Ronaldo, memberikan jersey-nya kepada Panda. “Itu salah satu momen terbaik selama merumput,” kenangnya.
Meski tak berlimpahan harta, Panda boleh dibilang merupakan salah satu pesepakbola yang makmur di masanya. Selama membela Persma Manado, pemakai nomor punggung 13 ini juga tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemerintah Daerah Manado. Kala itu, Panda menjadikan Manado-Ternate layaknya dapur dan teras rumahnya. Ia kerap bolak-balik kedua kota itu tiap kali akhir pekan. “Tapi ketika selesai merumput di Persma, status PNS di Manado juga ikut berakhir,” akunya.
Kini nama besar Anwar Panda perlahan memudar. Setelah karirnya di dunia sepakbola usai, ia harus memutar otak menghidupi keluarganya. Tak mau mengemis pekerjaan dari orang lain, pria kelahiran Ternate ini rela menjadi motoris speedboat rute Ternate-Jailolo. “Saya tidak mau meminta pekerjaan dari orang lain, apalagi dengan menjual nama besar saya dulu. Lebih suka mencari nafkah dengan tangan sendiri,” ujarnya.
Padahal banyak pihak yang datang untuk memintanya menjadi pengurus organisasi sepakbola hingga menjadi politisi. Semuanya ditolak Panda. Ia tak ingin kelak disebut memanfaatkan sejarah kehebatannya dulu untuk mendapatkan jabatan tertentu. Beberapa tahun menjadi motoris, Panda lalu banting setir menjadi supir mobil rental. Profesi ini masih dilakoninya hingga kini. “Kalau pas tak ada yang menyewa mobil, saya melatih siswa SSB (Sekolah Sepak Bola, red). Juga melatih klub-klub lokal yang sedang ikut pertandingan,” katanya.
Sebagai insan sepakbola, Panda memberikan sedikit masukan terkait persepakbolaan Malut saat ini. Menurutnya peluang putra Malut untuk menjadi pesepakbola handal sangat terbuka lebar. Namun sifat sombong patut dijauhi setelah menjadi atlit yang diandalkan klub maupun timnas. “Kebanyakan pesepakbola dari timur, sudah besar sedikit langsung sombong. Sifat seperti ini dijamin membuat karir seorang pesepakbola tidak akan bertahan lama,” tandasnya. (inp)

Sepak Bola

Pariwisata

Top Bola

Edukasi

Gaya Hidup

Kesehatan

© 2017 Bola Malut | Jalan Durian 2 Jati Perumnas Ternate Maluku Utara | Email : bolamalut@gmail.com